Selasa, 24 November 2009

In Memoriam

Dalam ujung ranting rasa ini
lekat tak lepas lepas
bintik hitam bayangmu
tersenyum di antara gerai rambut
di dahi cintamu, berpendar sewarna embun pagi
memelangi melambung asa.
: cinta?

Kita pernah berbincang sesorean di dermaga ini
: kita berdua?
tentang kumbang yang menangis di setiap kepakan kaku sayapnya
dikejar cinta bunga bunga berduri.
Dari ujung ranting air mata ini
perlahan yang pernah ada
larut.
: Masih saja tersisa.

Puisi Jatuh Cinta

Tepi malam yang kau torehkan
di antara gerai rambut waktumu
berbaris di renyah senyum
meresap di lorong keangkuhanku

kini tinggal aku terhempas di pekat gelisah
di dalam orkestra cereceh belalang malam

demikian lekat puisi yang tercipta
di sepanjang gemerincing melodi darah ini
memeluk hangat perjalanan waktuku
menembus batas malam
sejauh bias rembulan
dalam tawa berlarian di lidah ombak
dalam wangi kuntum kemuning
dalam nada bernyanyian
dalam rona jingga senja

kini tinggal aku terhempas di di subuh gelisah
menunggu detik panjang lewati sisa pagi
: menemukan bayanganmu!

Jumat, 13 November 2009

Hiks!

Langit terjerembab jatuh....
saat kau lepaskan hijau biru bunga cinta....
pertanda hari tlah purnama.....
: hening riuh cemara

Katakan bahwa kau akan di sini
atau pelangi yang menggoda awan
tak jatuh jatuh air?
: rindu

Karena waktu tak juga beranjak
ku rengkuh kekar lelakiMu
mabuk dalam rasa ini
diujung pematang malam
: hiks!

Kamis, 12 November 2009

Ibu

Waktu
telah menguras keingin bertemuan ku
kembali menyusuri masa masa
suara teduhmu menghiburku
lengan lembut memelukku
sapuan jemari di dahi ini
adakah
akan kugenggam lagi kenangan itu
bersama kehangatan cinta kasih mu.

Di sini
dalam deraan waktu
tak jua mampu sedikit saja
agar engkau tersenyum
bahkan untuk bertemu pun!
:Ibu

Agar Aku Bisa

Marilah kita duduk bersama
disini
di bawah lengkung hati kita
agar
aku bisa menangis di lembut sapuan
biru ungu cintaMu
agar
aku bisa bermanja di kekar lengan
perkasaMu
agar
aku bisa terlelap di sejuk teduh
naungan asmaraMu.

Tetapi aku terjaga
inilah raga kerontang
seonggok dosa
setumpuk nista
: akankah meng arang di nerakaMu?

Di bentangan sayap malam
kubenamkan dosa ini
dalam istighfar
dalam air mata.

Ketika Rembulan Pulang

Ketika rembulan pulang pagi itu
rona amarah
remukkan gulita jiwa
engkau tak juga tahu
tentang peraduan semalam
engkau tinggalkan di kaki langit

Luka ini smakin asin
memerih relung relung perasaan
tak kau lihatkah
arak-arakan darah bersorak
bertepuk
terpingkal pingkal?
: bagimu tiada arti

Selasa, 10 November 2009

Seandainya Saja

Seandainya saja
Kau jadi ke sini malam ini, Kekasihku
aku belum siapkan perjamuan cinta itu
masih jauh dari rengkuhan
tak Kau lihatkan amarah masih membelengguku
bahkan aku lenyapkan kerinduan dalam air mata?

hempaskan di altar Mu
yang agung
bahtera ini luluh dan tenggelam
hanya di bening lautan Mu

damparkan gundah di peluk Mu
yang sejuk
beringas hati ini tersedu
hanya di damai janji Mu

Seandainya saja

Ranting Patah

Inilah ranting patah
yang pernah aku bagikan remah nya
kepada semut semut yang mengular di balik daun pandan
: keripik wangi cinta

Tapi pudarkan rembulan yang Kau janjikan
temaramnya hangatkan peraduan
purnamanya riangkan permainan
dan wajah ayu nya meninabobokan ku?

Sepucuk ranting patah
bernyanyi tanpa irama
di sepi hati.